Selasa, 26 Mei 2015

TEKNIK KOMUNIKASI TERAUPETIK DAN PENGAPLIKASIANNYA

A.    Teknik Komunikasi Terapeutik
1.         Fase Komunikasi Terapeutik
a.         Pra Ineraksi
Pra interaksi mulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasikan perasaan, fantasi dan ketakutannya. Sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama.
b.        Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.
c.         Kerja (Working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
d.        Penyelesaian (Termination)
Paa fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan

2.         Teknik Komunikasi Terapeutik

a.        Memfokuskan Pembicaraan
Tujuan penerapan metode ini untuk membatasi materi pembicaraan agar lebih spesifik dan mudah dimengerti. Perawat tidak perlu menyela pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah penting kecuali apabila tidak  membuahkan informasi baru.

b.        Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada  permasalahan yang sedang dibicarakan.

c.         Menawarkan Informasi.
Penghayatan kondisi klien akan lebih baik apabila ia mendapat informasi yang cukup dari perawat. Memberikan informasi yang lebih lengkap merupakkan pendidikan kesehatan bagi klien. Apabila ada informasi yang tidak disampaikan oleh dokter, perawat perlu meminta penjelasan alasannya. Perawat dimungkinkan untuk memfasilitasi klien dalam pengambilan keputusan, bukan menasihatinya.

d.        Refleksi
Reaksi yang muncul dalan komunikasi antara perawat dan klien disebut refleksi. Refleksi dibedakan dalam dua klasifikasi:
1.        Refleksi isi bertujuan mensahkan sesuatu yang didengar. Klarifikasi ide yang diungkapkan oleh klien dan pemahaman perawat tergolong dalam klasifikasi refleksi ini.
2.        Ungkapan yang bertujuan memberi respon terhadap ungkapan perasaan klien tergolong dalam refleksi perasaan. Refleksi ini bertujuan agar klien dapat menyadari eksistensinya sebagai manusia yang mempunyai potensi sebagai manusia yang mempunyai potensi sebagai individu yang berdiri sendiri.

e.              Sharing Perception (berbagi Persepsi)
Meminta Pendapat Klien tentang hal yang dipikirkan dan dirasakan perawat           sehingga perawat dapat memberi umpan balik dan memberi informasi   meminta pendapat klien tentang suatu peristiwa atau pengalaman.
Contoh:
      “Ibu tersenyum, tetapi saya rasa ibu marah terhadap saya”
      “Jelaskan kecemasan anda akan operasi yang akan dilakukan”

f.              Identifikasi Tema
Mengidentifikasi isu atau masalah yang terjadi berulang kali. Latar belakang yang dialami klien yang muncul selama percakapan. Berguna untuk meningkatkan pengertian dan menekspresikan masalah klien.
Contoh:
            “Dari Keterangan yang ibu berikan ibu merasa bahwa ibu ditolak oleh keluarga, apakah ini latar belakang masalah yang ibu alami”
            “Anda mengatakan tidak punya siapa-siapa lagi dirumah, rumah terasa sunyi, saya rasa anda butuh teman”

g.             Memberi Informasi (informing)
Memberi Fakta atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan

h.      Melakukan Observasi
Menyatakan apa yang perawat lihat dalam penampilan dan perilaku klien
Contoh
            “Tampaknya ada berduka”
            “Saya lihat anda memejamkan mata dan menggigit bibir anda”

i.               Mendorong melakukan perbandingan
Membantu klien memahami dengan melihat persamaan dan perbedaan
Contoh:
“Sebutkan satu hal pada diri saya yang mirip dengan putri anda”
“Bisakah bapa Sebutkan gejala atau kondisi yang mana yang mirip dengan gejala atau kondisi bapa pernah alami sebelumnya”

j.       Summarizing
Meringkas isu utama yang telah didiskusikan
Contoh: “ Selama setengah jam ini anda dan saya telah mendiskusikan …………..”
k.       Penyajian Realitas
Memberi Penjelasan Realistis tentang hal yang klien lihat dan dengar
Contoh:
“Saya tidak melihat ada orang dihalaman”
Saya mengerti anda berpikir telah mendengar bisikan tuhan, tetapi yang saya dengar adalah suara daun yang tertiup angin



APLIKASI TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

A. Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.
(1)   Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.
(2)   Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapakan pesan-pesan verbal dan merupaka metode primer yang non verbal.
(3)   Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi keperawatan yang akan diberikan.
(4)   Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
(5)   Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.
(6)   Secara periodic mengklarifikasi pesan.
(7)   Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong untuk berfokus pada informasi.
(8)   Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.
(9)   Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam dan akan mengakiri interview.
(10) Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.

Lingkungan wawancara.
1)      Posisi duduk berhadapan.
2)      Jaga privasi.
3)      Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam.
4)      Kurangi keramaian dan berisik.
5)      Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah pengaruh timbal balik seperti cermin
2.5  Ketrampilan Komunikasi Teraupetik Pada Lansia.
1.      Keterampilan komunikasi terapeutik, dapat meliputi :
1)      Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan lama wawancara.
2)      Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
3)      Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya.
4)      Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir abstrak.
5)      Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
6)      Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang ada.
7)      Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara pengkajian.
8)      Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.
9)      Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien.
10)  Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11)  Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12)  Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
13)  Memperhatikan kondisi fisik pasien pada  waktu wawancara.

2.      Prinsip Gerontologis untuk komunikasi.
1)      Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
2)      Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
3)      Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
4)      Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
5)      Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik.
6)      Berdiri di depan klien.
7)      Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
8)      Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.
9)      Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua, kegiatan rohani.
10)  Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
11)  Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar